Rintangan Menuju Kebaikan

Loading

Tempat bagi manusia menjalani berbagai macam ujian dan cobaan dari Allah SWT. Sebagai orang yang beriman kepada-Nya, kita pun diperintahkan untuk senantiasa bersabar dan bertawakal selama menjalani ujian-ujian tersebut karena dengan kesabaran dan tawakal seluruh ujian atau cobaan dan musibah tersebut bisa dilalui dengan baik, membawa kebaikan, dan keberkahan. Pada dasarnya Allah telah memberi ujian dan cobaan di setiap hambanya sesuai porsinya masing-masing. Ujian dan cobaan yang diberikan oleh Allah di tiap manusia berbeda-beda.

Firman Allah SWT:

وَلَنَبۡلُوَنَّكُم بِشَيۡءٖ مِّنَ ٱلۡخَوۡفِ وَٱلۡجُوعِ وَنَقۡصٖ مِّنَ ٱلۡأَمۡوَٰلِ وَٱلۡأَنفُسِ وَٱلثَّمَرَٰتِۗ وَبَشِّرِ ٱلصَّٰبِرِينَ ٱلَّذِينَ إِذَآ أَصَٰبَتۡهُم مُّصِيبَةٞ قَالُوٓاْ إِنَّا لِلَّهِ وَإِنَّآ إِلَيۡهِ رَٰجِعُونَ

“Dan sungguh akan Kami berikan cobaan dengan suatu ketakutan dan kelaparan, kekurangan harta, jiwa dan buah-buahan. Dan berikanlah berita gembira kepada orang-orang yang sabar, yaitu orang-orang yang apabila ditimpa musibah mereka mengucapkan: “Sesungguhnya kami adalah milik Allah dan kepada-Nya kami akan kembali.” (Q.S. Al-Baqarah 155-156).

Tempat bagi manusia menjalani berbagai macam ujian dan cobaan dari Allah SWT. Sebagai orang yang beriman kepada-Nya, kita pun diperintahkan untuk senantiasa bersabar dan bertawakal selama menjalani ujian-ujian tersebut karena dengan kesabaran dan tawakal seluruh ujian atau cobaan dan musibah tersebut bisa dilalui dengan baik, membawa kebaikan, dan keberkahan. Pada dasarnya Allah telah memberi ujian dan cobaan di setiap hambanya sesuai porsinya masing-masing. Ujian dan cobaan yang diberikan oleh Allah di tiap manusia berbeda-beda.

Sesungguhnya tidak ada perjalanan yang tidak ada penghalangnya. Perjalanan apa pun mesti menemui halangan. Begitu juga perjalanan seorang yang sedang menuju kepada kebaikan. Jelas, akan menemui halangan dan rintangan. Halangan dan rintangan sesungguhnya bukanlah penghambat, namun semua itu ada sebagai bentuk ujian. Untuk menguji kegigihan seorang manusia. Mampu atau tidak menghadapi halangan dan rintangan tersebut.

Dalam Al Qur’an surat al Anbiya ayat 35, Allah berfirman, “Kami (Allah) akan menguji kamu dengan keburukan dan kebaikan sebagai cobaan (yang sebenar-benarnya). Dan hanya kepada Kami (Allah) kamu akan dikembalikan.”

Firman Allah di atas menjelaskan tentang bahwa halangan dan rintangan itu sunatullah. Sudah merupakan ketetapan dan ketentuan Allah. Halangan dan rintangan itu sengaja diciptakan Allah untuk menguji manusia. Halangan dalam bentuk keburukan maupun halangan dalam bentuk kebaikan itu ujian.

Sebagian kita tentu ada mengatakan Allah tidak adil; mengapa ujian tidak sama? Mengapa harus ada yang baik dan yang buruk?

Jika boleh memilih, tentu banyak orang akan memilih ujian dalam bentuk kebaikan. Namun sayangnya, itu hanyalah penilaian manusia tentang adil dan tidak adil. Karena ternyata banyak kisah, ada yang meski diuji dengan keburukan justru dia kuat dan malah bersyukur karena setelah itu ia mendapat kebaikan.

Sebagai contoh, ada kisah tentang raja yang karena suatu hal jarinya terputus. Awalnya Sang Raja menganggap itu keburukan. Lalu, ada sekelompok orang pemuja roh tertentu berhasil menculiknya dan hendak menjadikannya tumbal. Namun, mereka mengurungkan niat karena mengetahui raja itu cacat karena tidak punya satu jari. Maka, setelah terselamatkan justru karena jari yang terputus, Sang Raja baru sadar bahwa ujian yang semua dianggapnya buruk itu ternyata lebih baik untuknya dibanding jika jarinya tidak putus.

Begitu juga dengan ujian berupa kebaikan. Apa yang dianggap baik itu tidak mesti baik juga untuk yang diuji. Betapa kita pernah belajar dari kisah Qarun yang diuji dengan kekayaanmelimpah ruah. Namun, justru karena keberlimpahan kekayaan itu ia menjadi lalai, tidak kuat dengan ujian kebaikan. Maka, Allah menenggelamkan ia beserta harta kekayaannya.

Tidak heran, jika kita sering mendengar ungkapan, “Banyak orang selamat ketika diuji dengan keburukan, namun banyak orang tersungkur ketika diuji dengan kebaikan.”

Manusia harus berani menghadapi kesulitan dan tetap tabah dalam menghadapi cobaan dalam mencapai tujuan yang ingin dicapai. Orang yang bersabar mencerminkan nilai keimanan yang kuat. Kedudukan sabar dalam iman bagaikan kepala pada jasad dan tidak ada keimanan tanpa sabar sebagaimana jasa tidak akan berfungsi tanpa kepala. Kesabaran tidaklah muncul dengan sendirinya, tetapi ia harus diusahakan dan dibiasakan agar menjadi sifat utama diri. Di sinilah dibutuhkan pengorbanan melawan keinginan hati dan perjuangan menahan nafsu diri.

Sementara itu, tawakal merupakan pelengkap sejati sifat sabar. Tawakal merupakan kerja hati memasrahkan seluruh ujian dan cobaan kepada kehendak-Nya. Tawakal berkaitan erat dengan keridaan kita menjadikan Allah sebagai pelindung dalam kehidupan. Kehadiran tawakal dalam diri akan menghadirkan kemudahan mengatasi persoalan. Karena kita benar-benar mengharap pertolongan dan kemudahan hanya dari Allah SWT.

Halangan apa pun sebenarnya tidak jadi soal, asal kita tetap mawas diri dan waspada, sehingga mampu menghadapi berbagai halangan dan rintangan tersebut dan perjalanan kita menuju kepada Allah pun bisa terlaksana dengan baik. Perjalanan menuju kebaikan bisa ditempuh dengan baik. Wallahu a’lam ***