Uang & Utang Pemutus Silaturahmi

Dalam Islam, berutang boleh-boleh saja, namun anda perlu mengetahui pula syarat dari berutang, dimana salah satunya adalah ketika dalam keadaan yang benar-benar terdesak saja. Jika utang sampai dijadikan seperti kebiasaan, maka bisa menjadi sumber bahaya yang justru bisa merusak akhlak dan kehidupan anda.

Temanmu atau saudaramu yang punya banyak uang itu, bukan berarti mereka tak punya urusan sehingga dengan mudahnya kita berpikir Karena hutang yang tak kunjung terbayar. Membuat pertemanan jadi renggang, jadi hilang hubungan persaudaraan. Utang merupakan salah satu  masalah serius yang dikhawatirkan Rosulullah Sholallahu ‘alaihi wasallam. Walaupun tak sampai diharamkan, utang adalah salah satu cara setan dalam menggoda manusia agar mudah melakukan dosa.

Bagaimana tidak, bagi mereka yang imannya tipis mudah sekali melakukan praktek manipulasi, sumpah palsu, sampai saling berseteru hingga akhirnya putus tali silaturahmi hanya gara-gara utang. Dan tak sedikit dari kasus tersebut berakhir di ujung  maut karena saling baku cekcok sampai meregang nyawa. Maka pantas saja, ini yang menjadi alasan nabi kita Muhammad Sholalallahu ‘alaihi wasallam sangat berhati-hati agar umatnya tak gampang berutang. Perlu diketahui, bahwa seorang yang mati syahid pun yang notabenya sudah mengantongi tiket syurga bisa batal hanya gara-gara utang.

Nabi Muhammad sholallahu ‘alaihi wasallam bersabda, “Semua dosa orang yang mati syahid akan di ampuni kecuali utangnya”( H.R Muslim).
Dari hadits tersebut sangat jelas Allah mengampuni semua dosa orang orang yang mati syahid, tapi tidak untuk dosa utang  yang belum  terbayar.
Ada dua sebab mengapa manusia berutang.
Pertama, karena memang dia tidak memiliki apa-apa lagi untuk memenuhi kebutuhan pokoknya, seperti makan, minum, pakaian, tempat tinggal, dan sebagainya.
Kedua, utangnya ia terus tambah demi  menjaga gengsi di kehidupan sosialitasnnya, seperti mobil, perhiasan,furniture, dan lain-lain.

Yang pertama dan kedua sama sama terjebak dalam perangkap utang. Hanya saja kasus yang kedua apabila tidak dikendalikan bisa menjadi boomerang bagi debtornya. Apalagi di zaman modern ini, tersedia layanan credit card, yang memudahkan bagi masyarakat untuk berutang. Jika tidak berhati-hati dengan produk ini, manusia akan terjebak dengan dimensi utang yang sewaktu-waktu akan mencekiknya. Sangatlah penting bagi umat muslim melunasi utang.

Hal ini dipertimbangkan saat melihat peristiwa Nabi Muhammad Sholalallahu ‘alaihi wasallam enggan mengimami sholat jenazah, saat diberi tahu bahwa mayat tersebut belum melunasi utangnya. Betapa utang adalah aib yang luar biasa. Jika nabi kita aja enggan menyolati jenazahnya, kita sebagai hamba biasa sudah pasti mengikutinya.  Rosulullah Sholallahu’alaihi wasallam berdoa memohon perlindungan dari keburukan utang.

Dari Aisyah istri Nabi Muhammad SAW, sesungguhnya Nabi SAW berdoa dalam sholat:

“Ya Allah, aku berlindung kepada Mu dari azab kubur; aku berlindung kepada Mu dari fitnah dajjal; aku berlindung kepada Mu dari fitnah hidup dan kematian; aku juga berlindung kepada Mu dari berbuat dosa dan utang.” Aisyah berkata, seseorang sahabat mencela: “Kenapa ya Rasulullah Engkau perlu berlindung dari utang?” Rasul bersabda: (ketahuilah) seorang yang berutang apabila bertutur, ia berkata bohong. dan bila berjanji, ia berdusta.

Islam adalah agama yang tidak membolehkan memakan harta orang lain walaupun sedikit. Ketika kita mati dalam keadaan belum membayar utang berarti kita mati dalam keadaan memakan harta orang lain yang bukan hak kita. Maka wajar syurga yang sudah didepan mata bisa lenyap hanya gara gara utang.

Orang yang biasa memakan harta orang lain berarti ia tidak bisa memegang amanah, mudah berdusta dan ingkar janji seperti apa yang disabdakan oleh Rosulullah sholallahu ‘alaihi wasallam. Sudah selayaknya bagi umat muslim sebisa mungkin tidak berutang, apalagi dengan alasan yang tidak jelas seperti memenuhi gaya hidup yang sebenarnya tidak perlu atau hanya demi menjaga gengsi. Karena orang yang sudah terjebak dalam utang akan merasakan hidup tidak nyaman, didunia merasa tidak nyaman, dan apabila belum terlunasi di akhirat syurga diharamkan.

Orang-orang yang memutuskan tali persaudaraan terancam dosa dan akan mendapatkan balasannya dari Allah SWT.
“Tidak ada dosa yang lebih pantas disegerakan balasannya bagi para pelakunya di dunia bersama dosa yang disimpan untuknya di akhirat daripada perbuatan zalim dan memutus silaturahmi.” (HR Abu Daud).

***